ButonmintZ.blogspot.com - Sindikat terorganisasi, Yakuza, mafia asal Jepang mulai mencari peruntungan
ke Indonesia. Ciri-cirinya, pencucian uang, perusahaan fiktif, dan main
pasar modal. Mengkhawatirkan?
Richard Susilo, 52 tahun, wartawan
Indonesia yang menetap di Jepang sejak 1983 dan meneliti kehidupan
Yakuza selama 20 tahun, mengungkapkan kisahnya dalam buku Yakuza Indonesia. Buku ini diluncurkan pada 14 Juli 2013 di toko buku Gramedia, Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan.
Buku
ini menampilkan sejarah, sepak terjang kelompok seperti mafia Italia
ini di Jepang, dan wawancara dengan putra-putri pemimpin Yakuza. Dalam
melakukan tugas jurnalistik, Richard pernah bertemu dengan perempuan
Indonesia asal Pontianak yang mempunyai suami anggota Yakuza. ”Ia
memiliki sumber berita yang banyak dan menarik ditulis,” kata Richard,
yang menutup rapat siapa nama jelas sumbernya dengan alasan keamanan
dirinya.
Ia juga bertemu Manabu Miyazaki, penulis buku laris
tentang Yakuza--salah satunya biografi Toppamono yang sudah
dialihbahasakan dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris, Cina, dan Korea.
Miyazaki
juga putra petinggi Yakuza yang memberi tahu Richard bahwa Yakuza sudah
sejak lama masuk ke Indonesia untuk mencari satu tujuan, mencari uang
sebanyak mungkin. "Bahkan akan jauh lebih banyak masuk ke Indonesia
karena perekonomian sangat baik, pengusaha Jepang semakin banyak
berinvestasi,” kata Richard.
Nantinya, Yakuza akan mencari selamat dengan mendekati pihak aparat sebagai backing
dan menghindari pertengkaran dengan preman lokal. Invasi Yakuza ke
Indonesia (juga ke Thailand dan Filipina) ini disebabkan posisi mereka
di Jepang terjepit dengan adanya Undang-Undang Anti-Yakuza yang
diberlakukan, sehingga mencari uang di Jepang sangat sulit.
Kelompok
ini sudah ada sejak zaman Tokugawa atau zaman Edo, pada 1603–1868 masa
Shogun. Pada era itu, ada 500 ribu samurai menganggur (ada yang menjadi
pedagang dan ronin atau tunawisma). Sedangkan sisanya menjadi penjudi, pencuri, dan kriminal untuk mendukung kehidupan.
Di
Indonesia, Yakuza banyak datang ke Kalimantan untuk bisnis kayu dan
tambang, seperti minyak dan batu bara. Juga bisnis energi (listrik dan
batu bara) yang melibatkan modal dan uang besar. Di negeri bersangkutan,
Yakuza akan mendekati perusahaan Jepang yang menjadi target mangsa bila
mendapatkan ancaman dari preman setempat.
Menurut penelitian Richard, kebanyakan Yakuza Jepang di Indonesia melakukan praktek pencucian uang (money laundering)
dan mendekati petinggi negara, seperti militer, polisi, dan parlemen.
Dari data yang dia peroleh, sekitar Rp 2 triliun milik Yakuza sudah
masuk ke Indonesia melalui metode pencucian uang.
Di balik
praktek kotor kalangan Yakuza, ada sisi sosial yang ditunjukkan Yakuza.
Yakni ketika gempa bumi melanda Kobe, Jepang, pada Januari 1995 yang
menelan 6.000 lebih jiwa dan gempa di Fukushima pada 2011. “Mereka
membawa bantuan berupa air, makanan, obat sampai beberapa truk,” kata
Richard.
sumber ; http://www.tempo.co/read/news/2014/06/05/118582703/10-Fakta-Unik-tentang-Yakuza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar